17 Aug

Mencegah dan Mengatasi Kekerasan pada Anak

Sesuai tema Hari Anak Nasional (HAN) 2016 “Akhiri Kekerasan pada Anak”, Yayasan Pendidikan Al-Falaah mengajak semua pihak bersama-sama mengakhiri kekerasan pada anak sekarang dan selamanya.

Beberapa tahun terakhir ini banyak kejadian di media massa mengenai kekerasan yang terjadi pada anak. Seto Mulyadi, psikolog anak dan Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak, mengatakan bahwa ”Kekerasan yang diterima anak, sekecil apa pun dalam bentuk apa pun, baik fisik, mental, seksual, hingga penelantaran, bisa menimbulkan luka yang membahayakannya secara fisik dan mental. Anak-anak itu ringkih sekali, fisik dan jiwanya. Kekerasan akan membentuk jiwa yang penuh perlawanan dan pemberontakan. Bahkan kekerasan pada anak mengakibatkan mereka menjadi pelaku kekerasan berikutnya di masa depan.”

Untuk mencegah kekerasan pada Anak, inilah saran dan petunjuk yang penting untuk Anda ketahui.

Hal apa saja yang menyangkut Kekerasan Anak

  • Kekerasan fisik adalah di mana orang tua/dewasa menyebabkan cedera fisik terhadap seorang anak. Termasuk dalam kekerasan fisik bila orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan sandang pangan termasuk gizi, pengobatan, tempat tinggal, dan pendidikan dasar bagi anak. Juga bila orang tua/dewasa menelantarkan anaknya dalam jangka waktu yang lama.
  • Kekerasan secara psikis adalah bila orang tua/dewasa tidak memberikan kasih, dorongan,  serta bimbingan pada anak. Tindakan penolakan yang dilakukan orang tua, dengan sering mencari-cari kesalahan dan meremehkan anak ini juga adalah bentuk kekerasan secara psikis.
  • Kekerasan seksual adalah apabila seseorang menggunakan anak untuk mendapatkan kenikmatan atau kepuasan seksual. Tidak terbatas pada hubungan seks saja, melainkan menyentuh tubuh anak secara seksual baik menggunakan atau tidak menggunakan pakaian, membuat atau memberikan tontonan yang berisi aktivitas seksual.

Edukasi Anak untuk Mencegah Kekerasan

  • Gunakan istilah sebenarnya
    Ketika Anda mengajari anak, “Ini namanya hidung, yang ini kaki”, perkenalkan juga alat kelamin dengan istilah asli. Pembiasaan menggunakan istilah asli adalah langkah pertama pendidikan seks anak. Ketika jika suatu waktu anak mengalami kejahatan seksual, ia bisa mengomunikasikannya dengan bahasa yang dipahami orang lain.
  • Ajarkan konsep privasi  
    Beritahu anak bahwa tidak semua orang boleh melihat, apalagi menyentuh alat kelaminnya. Ajarkan padanya siapa saja yang boleh, dan dalam situasi apa. Misalnya, boleh oleh dokter saat memeriksa, atau pengasuh saat memandikan. Anda pun harus mendukung anak dalam menjaga privasinya, misalnya dengan tidak menelanjangkan anak di tempat umum ketika berganti baju di pinggir kolam renang atau pantai, misalnya. Biasakan mengajak anak mengganti bajunya di ruang tertutup, meski untuk itu Anda mungkin akan lebih repot. Hindari pula mengunggah foto anak tanpa busana di situs jejaring sosial. Anda tidak pernah tahu akan adanya ancaman predator yang bergerilya di dunia maya.
  • Bedakan jenis sentuhan  
    Ajarkan pada anak mengenai sentuhan di tubuhnya. Ada tiga jenis sentuhan yang perlu anak ketahui:

    1. Sentuhan baik dan boleh, yaitu sentuhan dari orang lain menggunakan tangan yang dilakukan di bagian tubuh di atas bahu dan di bawah lutut, yang merupakan sentuhan karena kasih sayang,seperti membelai kepala dan mencubit pipi
    2. Sentuhan harus waspada, karena membingungkan untuk menilainya sebagai bermaksud sayang atau napsu, yang merupakan sentuhan di bawah bahu hingga atas lutut tubuh anak.
    3. Sentuhan jelek dan terlarang, yaitu orang lain menyentuh bagian tubuh yang tertutup pakaian renang. Bila ada yang melakukan sentuhan di area ini, anak harus berani menolak dan berkata tegas, misalnya dengan bilang, “Jangan begitu!”
  • Hargai pendapat anak
    Saat anak tidak mau bersalaman dengan teman Anda yang baru dikenalnya, biarkan saja. Tidak perlu dibujuk terus-terusan, apalagi langsung dimarahi, agar ia berubah pikiran. Hargai kemampuan anak untuk bilang tidak. Kemampuan ini merupakan latihan, akan ada momen-momen di kemudian hari saat mereka harus berani berkata “Tidak!” –termasuk saat merasa terganggu jika ada yang menyentuhnya.
  • Ajarkan penggunaan internet yang aman
    Berikan batasan waktu bagi Anak untuk menggunakan internet dan selalu awasi situs-situs yang dibuka. Jelaskan juga bahwa orang-orang yang dikenal anak melalui internet tidak selalu sebaik dan jika ada yang mengirimkan pesan tulisan atau gambar yang membuat anak tidak nyaman, minta anak untuk segera memberitahu Anda.
  • Tumbuhkan kenyamanan berkomunikasi sehingga anak merasa leluasa jika ingin memberitahukan ketidaknyamanan yang dialaminya. Yakinkan anak bahwa Anda adalah sosok tepat untuk bisa berbagi cerita dan rahasia.

Percaya Naluri Anda

Jika seseorang membuat Anda tidak nyaman, itu adalah alasan yang cukup untuk menjaga anak menjauhinya. Saat Anda merasa ragu saat akan menitipkan anak pada seseorang, bahkan pada teman Anda, jangan lakukan.

Wajib waspada terhadap orang dewasa yang mencoba menghabiskan waktu hanya berdua dengan anak, bahkan jika orang tersebut Anda kenal. Menurut riset di Assosiasi Psikolog Amerika Serikat, 90% dari kasus pelecehan seksual yang terungkap, ternyata pelakunya merupakan orang yang dikenal korban. Bahkan, 30% di antaranya masih memiliki hubungan keluarga! Hanya 10% pelaku yang betul-betul orang asing bagi korban.

Sumber : Ayahbunda.co.id – Parenting.co.id

Leave A Comment