30 Jul

Waspada, Inilah Bahaya Jajanan Anak Sekolah

Anak sekolah tidak dapat terlepas dari pangan jajanan. Di setiap sekolah pasti ada saja pedagang yang menjajakan dagangannya. Jajanan yang ditawarkan para pedagang ini membuat anak tertarik untuk membelinya, walaupun mungkin sebenarnya anak tidak lapar. Ini sudah menjadi suatu kebiasaan anak-anak sekolah. Jika sudah menjadi suatu kebiasaan, maka lebih sulit bagi anak untuk menolak tidak jajan di sekolah atau memilih membawa bekal ke sekolah. Tapi, tahukah Anda bahaya jajanan anak sekolah?

Apa saja bahaya jajanan anak sekolah?

Laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2014 menunjukkan bahwa pangan jajanan tidak aman paling tinggi disebabkan oleh pencemaran mikroba, bahan tambahan pangan (zat aditif) berlebih, dan penggunaan bahan berbahaya. Laporan BPOM tahun 2015 juga menunjukkan bahwa sebanyak 9,37% dari 416 sampel jajanan sekolah di DKI Jakarta tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Dari hasil telusur BPOM terhadap jajanan sekolah di sekolah-sekolah di DKI Jakarta menemukan bahwa jajanan sekolah tersebut mengandung formalin, boraks, serta pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow (pewarna tekstil), seperti dikutip dari Media Indonesia.

Karena adanya kandungan bahan berbahaya tersebut atau karena kebersihan jajanan yang tidak terjaga, beberapa pangan jajanan tidak aman bagi anak sekolah. Pangan jajanan yang tidak aman ini dapat menyebabkan anak sakit. Anak bisa mengalami kondisi seperti pusing dan mual, mual-muntah, kram perut, kram otot, lumpuh otot, diare, cacat, bahkan mungkin bisa menyebabkan kematian bila kondisi anak sudah sangat serius.

Selain itu, pangan jajanan yang biasa anak beli di sekolah biasanya hanya mengenyangkan perut anak, tetapi tidak mengandung gizi yang kaya. Sehingga, bisa jadi anak kekurangan asupan zat gizi penting, seperti zat besi, yang dapat menyebabkan anak menderita anemia gizi. Jika anak sering sakit, maka absen anak akan lebih banyak dan bisa berpengaruh pada prestasi anak di sekolah.

Seberapa parah dampak buruk yang bisa terjadi pada anak karena pangan jajanan yang tidak aman tergantung dari beberapa faktor, seperti faktor banyaknya konsumsi, faktor penanggulangan, dan kondisi tubuh anak. Bila semakin banyak konsumsi jajanan yang tidak aman, semakin lama penanggulangan diberikan, serta semakin lemah kekebalan dan kondisi fisik anak, maka semakin serius dampak buruk yang bisa dialami anak. Perlu diketahui bahwa anak lebih rentan terhadap keracunan pangan dibandingkan orang dewasa.

Seperti apa jajanan yang sehat untuk anak?

Untuk melarang anak tidak jajan sama sekali mungkin sulit dilakukan pada anak yang sudah terbiasa untuk jajan. Bahaya dari jajanan anak sekolah mungkin bisa dikurangi dengan cara pintar memilih pangan jajanan yang sehat.

Menurut BPOM, pangan jajanan yang sesuai adalah yang aman, bermutu, dan bergizi. Beberapa tips untuk memilih pangan jajanan, yaitu:

1. Pilih jajanan yang aman

Seperti apa? Jajanan yang aman adalah yang bersih, sudah dimasak, tidak bau tengik, dan tidak bau asam. Anda bisa memilih jajanan yang bersih dengan memperhatikan kebersihan tempat jualan jajanan tersebut dan kebersihan pedagang jajanan. Perhatikan segala hal yang berhubungan dengan kebersihan, mulai dari sumber air untuk mencuci, cara penyimpanan makanan, cara penyajian makanan, tempat untuk menyajikan makanan, dan sebagainya.

2. Jaga kebersihan

Sebelum makan jajanan, biasakan anak untuk selalu mencuci tangannya. Tangan bisa menjadi sumber kuman. Anak sering untuk menyentuh apa saja dan kemudian memakai tangannya untuk makan. Padahal, di situlah sumber bakteri yang dapat menyebabkan penyakit, seperti diare. Sekolah biasanya sudah menyediakan tempat cuci tangan di setiap sudutnya. Biasakan anak untuk selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.

3. Perhatikan warna, rasa, dan aroma makanan

Beri tahu anak bahwa sebaiknya ia tidak memilih makanan atau minuman yang berwarna mencolok, memiliki rasa yang terlalu asin, manis, atau asam, dan atau mempunyai aroma yang tidak enak, seperti bau tengik. Juga, batasi anak untuk mengonsumsi minuman ringan atau minuman berasa. Terutama bagi anak yang kelebihan berat badan atau obesitas, sebaiknya batasi asupan gula, garam, dan lemaknya dalam sehari, seperti yang ditemukan dalam makanan cepat saji (fast food).

4. Baca label makanan

Jika anak membeli makanan dalam kemasan, ajarkan ia untuk selalu membaca label makanan pada kemasan makanan tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah nama jenis produk, tanggal kedaluwarsa, komposisi, dan informasi nilai gizi (jika ada). Biasanya anak langsung saja memakan makanan dalam kemasan, padahal bisa saja makanan tersebut sudah kedaluwarsa, dan hal ini bisa menyebabkan anak sakit.

Sumber: www.hellosehat.com

Leave A Comment