Belajar dari Gempa Palu dan Donggala. Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua Ketika Bersama Anak Saat Terjadi Bencana
Gempa berkekuatan 7.7 skala Ritcher telah mengguncang kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018), yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia dan luka-luka. Puluhan lainnya pun masih dinyatakan hilang.
Tak ayal, kejadian ini membuat banyak orang panik. Terlebih, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang rawan bencana. Yaitu peringkat satu bencana tsunami, peringkat ketiga untuk bencana gempa, dan peringkat keenam untuk bencana banjir.
Salah satunya dikarenakan Indonesia berada di kawasan Ring of Fire dan dikelilingi oleh tiga lempeng dunia seperti Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik yang rawan terjadinya pergeseran atau patahan lempeng penyebab tsunami.
Berada di kawasan bencana, apalagi bersama anak memang mengkhawatirkan. Anak-anak pun menjadi golongan yang rentan menjadi korban bencana alam, karena kondisi fisiknya yang masih lemah, perasaan cemas yang melanda dan kekhawatiran yang memengaruhi kondisi psikologisnya.
Tinggal di negara dengan rawan bencana seperti Indonesia tentunya menuntut kita untuk tetap siaga kapanpun bencana terjadi. Ini hal-hal yang perlu diketahui orang tua saat berada di area bencana bersama anak-anak.
1/ Jika sedang berada di dalam ruangan tetap siaga menghindari tempat-tempat yang rawan barang-barang yang mudah jatuh. Misalnya, area dengan banyak barang tergantung di langit-langit atau dinding dan barang pecah belah.
2/ Lakukan posisi telungkup untuk melindungi area kepala dan leher, yang akan melindungi Anda dan anak dari kemungkinan barang-barang yang jatuh. Atau berlindunglah di bawah sesuatu yang kokoh seperti meja yang keras atau area kolong kasur.
3/ Hindarilah berlindung di dekat pintu, karena pintu memiliki struktur yang tidak kokoh seperti meja kayu ataupun meja besi, yang justru akan meningkatkan risiko tertimpa reruntuhan bangunan.
4/ Jika sedang berada di luar ruangan, tetaplah di luar. Hindari area bangunan yang terdapat kabel-kabel, lubang di jalanan atau pipa gas yang mudah meledak. Jauhi juga bangunan dengan jendela kaca yang sangat mudah pecah. Tetap merunduk untuk menghindari jatuh karena guncangan yang besar dari gempa.
5/ Saat terjadi serangan tsunami, segera cari tempat yang tinggi untuk menghindari serangan air laut.
6/ Tenangkan anak untuk tidak panik. Wajar jika anak merasa panik dan ketakutan saat terjadi bencana. Namun, ketika sudah berada di tempat yang aman, sebisa mungkin tenangkan anak dengan mengajaknya memikirkan hal-hal yang membuatnya senang. Karena kepanikan dan ketakutan yang dirasakan anak, juga akan memengaruhi orang lain termasuk Anda untuk merasakan hal yang serupa.
7/ Penting untuk Anda sebisa mungkin untuk tidak menunjukkan raut wajah takut dan panik pada anak yang justru membuat mereka merasa lebih takut dengan kondisi sekitar. Saat anak melihat orang tua mereka bersikap tenang dan siaga, akan membuat mereka merasa baik-baik saja.
Sumber: http://www.femina.co.id/