24 Sep

Anak Cukup Gizi Juga Berpotensi Stunting!

Indonesia darurat stunting! Pasalnya sebanyak 8,9 juta  anak Indonesia ditetapkan Departemen Kesehatan Indonesia telah mengalami stunting. Ini dituliskan dalam hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan Indonesia tahun 2013. Permasalahan ini pun telah diakui WHO sebagai krisis global karena menjangkit 162 juta anak berusia di bawah 5 tahun di seluruh dunia. Stunting dikategorikan sebagai krisis global sebab akhirnya permasalahan ini tidak hanya menyangkut proses tumbuh kembang anak itu sendiri tapi merusak generasi pembangun bangsa di masa depan.

Sebenarnya, apa itu stunting?

Stunting adalah perawakan pendek akibat asupan makan yang tidak optimal dan berlangsung dalam waktu yang lama. Kurangnya asupan makanan ini umum terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan anak, mulai dari janin hingga ia berusia dua tahun. Ciri fisik yang utamanya adalah anak memiliki tinggi badan dibawah rata-rata dibandingkan ukuran tinggi badan normal anak seusianya.
Stunting diawali dengan kondisi faltering growth (gagal tumbuh) pada anak yang ditandai dengan kondisi penurunan pertumbuhan atau bahkan berhenti sama sekali. Jika tak segera ditangani, faltering growth  akan berlanjut pada kondisi malnutrisi (gizi kurang hingga gizi buruk) dan akhirnya sampailah pada penyakit stunting.

“Biasanya anak yang stunting ini kurang asupan karbohidrat dan protein, sehingga nutrisi yang harusnya digunakan untuk tumbuh kembang semuanya terserap untuk kerja otak. Karenanya, ciri yang paling terlihat adalah badannya yang pendek,” jelas Dokter Anak Sub Spesialis Nutrisi Dan Penyakit Metabolik Pada Anak, Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, SpA(K).

Dr. Damayanti juga mengatakan bahwa stunting sudah dikategorikan sebagai suatu penyakit karena sifatnya yang tidak bisa kembali (irreversible) menyebabkan kerusakan pertumbuhan fisik dan kognitif secara permanen.

Selaras dengan pernyataan tersebut, Professor of International Nutrition, Head of MRC International Nutrition Group & Nutrition Theme Lead of London School of Hygiene & Tropical medicine, UK, Prof. Andrew Prentice, menambahkan jika permasalahan kurangnya asupan makanan kaya gizi pada anak stunting  adalah  cabang dari masalah kebersihan, sanitasi, dan akses air bersih.

“Suatu kali, saya pernah menemukan kasus stunting terjadi pada anak dengan nutrisi yang cukup baik. Namun setelah melihat lingkungan tempat tinggalnya, ternyata kondisinya kotor dan tidak layak untuk anak sehingga menyebabkan anak sering sakit. Inilah yang akhirnya menyebabkan kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi meski makanan yang diberikan sudah sesuai aturan,” tambah Prof. Prentice.

Bagaimana cara mengatasinya?

Jika sudah terjadi indikasi faltering growth anak harus segera mendapat pertolongan berupa asupan nutrisi khusus yang tinggi protein hewani dan kalori. Ini dilakukan untuk mengejar ketinggalan pertumbuhan fisik sekaligus kemampuan kognitifnya. Selain itu anak perlu diberi stimulasi terus-menerus agar kemampuan otaknya berkembang lagi. Meski pengobatan dan stimulasi yang diberikan tidak akan mengembalikan kondisinya seperti semula atau setara dengan anak yang cukup nutrisi.

Stimulasi pada anak stunting juga bisa dilakukan sendiri oleh oleh orang tua di rumah. Caranya, adalah dengan merangsang kemampuan anak sesuai dengan capaian tumbuh kembang anak di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang diberikan Puskesmas. Selain itu, waktu dan kualitas tidur anak harus dijaga secara ketat. Usahakan anak mendapat deep sleep pada pukul 20.00 hingga 02.00 dini hari, karena pada pukul 23.00 hormon pertumbuhan akan berada di puncaknya.

Adakah tindakan preventif untuk stunting?

Tentu ada, Bunda! Mengingat sifatnya yang irreversible, para ahli justru lebih menekankan upaya pencegahan pada anak. Hal pertama yang disarankan adalah menjaga pola makan anak agar sehat dan seimbang. Sebagai tindakan pencegahan lebih dalam, Dr. Damayanti bahkan menyarankan agar pengaturan pola makan ini dimulai sejak Bunda mengandung kemudian diteruskan pada anak hingga ia berusia dua tahun.

Menjaga kebersihan lingkungan, sanitasi dan menyediakan sumber air bersih juga dinilai Prof. Prentice sebagai upaya pencegahan yang patut dilaksanakan untuk melindungi anak dari penyakit yang mungkin mengganggu pertumbuhanya. Kemudian yang tak kalah penting adalah pemerikasaan rutin pertumbuhan anak di pusat pelayanan kesehatan terdekat.

Jangan lewatkan kunjunganmu ke Puskesmas dan pastikan pertumbuhan si kecil sesuai dengan grafiknya!

Sumber: www.ayahbunda.co.id

Leave A Comment