5 Metode Mengajar Anak Mengelola Emosi
Pada awal tumbuh kembang, anak menjalin hubungan timbal balik dengan orang-orang yang mengasuhnya. Interaksi anak dengan orang terdekat memengaruhi optimalitas perkembangan sosial anak. Meskipun umumnya anak mengalami tahapan perkembangan emosi sama, kecepatan perkembangan emosi anak akan berbeda satu dengan lain. Pengalaman belajar anak adalah salah satu yang memiliki dampak penting bagi perkembangan emosi anak. Forum Sahabat Keluarga dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyampaikan ada 5 kegiatan belajar yang menunjang pola perkembangan emosi anak:
1. Pembelajaran metode spontan Anak melakukan proses belajar melalui teknik spontanitas. Mereka belajar mengekspresikan perasaan dan emosi yang dirasakan melalui proses spontan. Pada tahapan ini, anak-anak sering menunjukkannya bentuk emosi yang tidak terduga. Jangan kaget apabila respon emosi yang ditunjukkan anak seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh orangtua. Misalnya, saat pertama kali anak usia bayi diberikan mainan terompet, ada anak akan menunjukkan ekspresi menangis ketimbang tertawa.
2. Pembelajaran melalui imitasi Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak. Anak-anak akan meniru emosi dari yang dilihatnya di lingkungan paling dekat, seperti keluarga. Saat orangtua menunjukkan kebahagiannya melalui wajah tersenyum, anak juga akan memantulkan kebahagiaan yang sama.
3. Pembelajaran melalui tokoh idola Ada masa tertentu anak tertarik dan kagum dengan tokoh tertentu dan cenderung mempersamakan dirinya. Hal ini turut mengembangkan pola emosi pada diri anak. Orangtua dapat mencari tahu sosok atau tokoh yang dikagumi dan melihat reaksi emosi anak. Banyak tokoh yang muncul dan menjadi idola anak saat ini. Meskipun begitu, orangtua harus membantu memilah tokoh yang memang memiliki norma dan karakter sesuai di lingkungan anak. Misalnya di Indonesia, orangtua dapat menceritakan tentang tokoh pahlawan yang memiliki semangat besar dalam belajar. Misalnya Ir. Soekarno yang memiliki kecakapan beragam bahasa atau Mohammad Hatta yang gemar membaca buku.
4. Pembelajaran melalui pengkondisian Pada metode ini anak belajar dengan cara asosiasi. Anak kecil masih kurang kemampuan dalam menalar dan kurang mampu menilai pengalaman secara kritis. Emosi usia dini juga terbentuk dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungan anak. Misalnya mengelompokkan anak dengan teman-teman lainnya. Anak akan saling belajar dan secara tidak langsung akan memperoleh pemahaman melalui pengondisian tersebut.
5. Pembelajaran melalui latihan Anak dapat memperoleh perkembangan emosi melalui pengawasan dan bimbingan. Anak dapat diajari cara bereaksi yang dapat diterima dan menyenangkan. Dengan memberikan pengarahan, anak juga dapat mengondisikan emosinya.
Di sinilah orangtua dapat memberikan arahan dan pendampingan yang sederhana dan tidak menjenuhkan. Misalnya orangtua dapat memberikan permainan yang menyangkut pengendalian emosi, seperti bermain drama. Anak-anak yang terampil dalam menunjukkan emosi terhadap orang lain tentu diperoleh dari pengalamannya melihat orang lain. Apa yang ditunjukkan anak adalah hasil yang didapatkan dari interaksinya sehari-hari. Aktivitas bermain, belajar dan hal lainnya memberikan dorongan anak dalam mengelola emosinya.
Anak-anak barang kali memang belum memahami apa yang dilakukannya. Sebab, dalam perkembangannya anak-anak masih membutuhkan gambaran yang dilakukannya. Di sinilah, orangtua menjadi cermin yang akan memantulkan gambaran kepribadian anak nanti. Apa yang dilakukan orangtua akan menjadi pengalaman berharga bagi diri anak. Sehingga ia akan menyimpan ingatan tersebut dan akan memanggilnya kembali saat ia hendak melakukan hal yang sama. Anak-anak dengan kemampuan pengelolaan emosi akan dapat mudah menerima orang lain. Anak-anak akan berkembang dengan kepribadian sosial dan dapat menjalin pertemanan dengan lebih baik.
Anak-anak juga akan mudah diterima banyak orang karena kepribadiannya. Pengenalaan emosi sejak dini akan memberikan kemudahan dalam memberikan pemahaman bagi anak.
Sumber: www.pundi.or.id